Webku.eu.org Ada seorang putri cantik. Karena bergelimang harta, sang Putri memiliki sifat yang buruk. Dia selalu menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu. Sementara itu, sang Raja tidak pernah menolak keinginan putrinya. Salah satu hobi Putri adalah mengoleksi perhiasan dari berlian. Ia sudah memiliki laci-laci perhiasan dari berbagai negara.
Suatu kali Raja mengajak Putri berkeliling kota. Setelah berhenti di berbagai tempat, mereka berhenti di depan sebuah gedung yang indah. Di depan gedung terdapat air mancur. Sang Putri sangat terpesona dengan air mancur yang indah. Air mancur itu memancarkan tetesan air yang sangat indah. Karena terkena sinar matahari, butiran air tersebut memancarkan cahaya berkilau seperti berlian. Sang Putri semakin terpesona.
Setelah pulang dari perjalanan, sang Putri meminta dibuatkan air mancur di depan istana. Raja mengabulkan permintaan itu. Kemudian berdiri air mancur yang megah sesuai keinginan sang Putri. Sang putri tidak bermain bahagia. Setiap hari dia melihat air mancur. Suatu hari ketika sang Putri sedang duduk di dekat air mancur, jari manisnya jatuh dari air mancur. Tetesan air menyebar di sekitar jari manis Putri seperti cincin.
Setelah terkena matahari, lingkaran air memancarkan cahaya seperti cincin berlian. Sang Putri tercengang. Dia berlari menemui Raja. “Ayah, aku ingin membuat cincin berlian dari tetesan air,” pinta sang Putri. Raja tidak bisa menolak keinginan putrinya. Raja segera memerintahkan abdi dalem untuk mencari tukang perhiasan.
Seorang tukang perhiasan datang. Raja kemudian menyampaikan keinginan putrinya. Penjual perhiasan itu mendengarkan dengan penuh perhatian. “Maafkan saya, Yang Mulia. Ini adalah pertama kalinya saya menerima permintaan seperti itu. Saya minta waktu untuk memikirkannya," kata ahli permata itu. Dia tampak bingung. "Kalau begitu saya beri waktu dua hari. Tapi, jika kamu gagal, penjara menantimu!” kata sang Raja.
Dua hari kemudian, tukang perhiasan datang untuk memberitahunya bahwa dia tidak dapat memenuhi permintaan sang putri. Sesuai kesepakatan, pembuat perhiasan itu dijebloskan ke penjara. Kemudian Raja memerintahkan toko perhiasan lain untuk ditemukan. Namun, beberapa perhiasan yang datang ke istana mengalami nasib yang sama dengan perhiasan pertama. Raja putus asa. Ia tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk putri kesayangannya.
Sementara itu, sang Putri terus menuntut agar keinginannya dikabulkan. Tiba-tiba seorang pengemis tua yang membungkuk datang ke istana.
“Apakah kamu seorang pembuat perhiasan?” jawab Raja.
“Tidak, Baginda. Hamba hanyalah seorang pengemis. Tapi, kenapa kau bertanya pada ahli permata?” Pengemis itu balik bertanya. Kemudian Raja menceritakan keinginan putrinya.
“Biarkan saya mencobanya, Baginda,” kata pengemis itu kemudian.
Pengemis kemudian memanggil Putri. "Putri, tolong bawa tetesan airnya ke sini!" tanya pengemis kepada sang putri sambil menunjuk air mancur di depan istana. Sang Putri hanya menuruti perintah Sang Pengemis karena sudah tidak sabar ingin memiliki cincin yang diinginkannya. Begitu sampai di sisi air mancur, dia mengulurkan tangannya. Setetes air jatuh tepat di telapak tangannya. Dia dengan cepat membawa pengemis itu ke pengemis itu. Sang Putri mengulanginya. Sekarang dia berlari. Namun apa daya, tetap saja ia tak mampu membawa tetesan air. Memang hari itu sangat panas sehingga tetesan airnya cepat menguap. Dan ini memang tipu muslihat pengemis, dia datang saat cuaca sedang panas. >Saya rasa tidak ada orang yang bisa membuat cincin jika bahannya tidak ada. Saya khawatir putri cantik dan pintar ini akhirnya akan disebut putri bodoh karena dia menginginkan sesuatu yang tidak ada.” Setelah berkata demikian, Pengemis itu dengan tenang meninggalkan istana.
Apa yang dikatakan Pengemis itu sungguh menyentuh hati sang Putri. Sang Putri menyadari kesalahannya. Kemudian dia meminta raja untuk melepaskan semua perhiasan. Semua perhiasan berlian milik sang Putri dibagikan kepada para pembuat perhiasan sebagai kompensasi. Sejak saat itu sang Putri hidup sederhana dan tidak pernah meminta omong kosong.